ETOLOGI (perilaku)
30 12 2011
Setiap
makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak pertama kali
mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu melakukan
adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada suatu biosfer.
Apabila
kita melakukan eksplorasi terhadap beberapa macam interaksi makhluk hidup,
banyak contoh telah di kemukakan para peniliti pada bidang perilaku hewan.
Suatu spesies hewan mampu berinteraksi dengan lingkungan, hewan tersebut dapat
berkomunikasi, bergerak, berinteraksi secara social dan mencari makanan. Kajian
perilaku hewan merupakan salah satu aspek biologi yang telah lama di teliti,
bahkan dapat dikatakan sebagai kajian yang paling tua. Dalam ilmu yang mempelajari
perilaku, banyak peneliti menggunakan hewan percobaan dibandingkan tumbuhan.
Kajian
perilaku dari hewan dapat dijadikan suatu “kunci” untuk memahami evolusi dan
fungsi ekologi dari hewan tersebut. Robinowitz (1980) yang mempelajari perilaku
macan tutul jaguar. Setelah memonitor beberapa iindividu menggunakan radio
transmitter, disimpulkan bahwa jaguar merupakan hewan soliter, dan hanya
melakukan kontak dengan sesamanya hanya saat musim kawin. Walaupun demikian,
jaguar jantan turut berperan dalam memelihara anaknya. Selain itu, terdapat
pula beberapa penemuan mengennai perilaku kawin, menvari makan, ddan berbagai
aspek evolusi serta peran ekologi jaguar tersebut.
Kajian
perilaku hewan pada dasarnya mempelajari bagaiman hewan-hewan berperilaku di lingkungannya
dan setelah para ahli melakukan interpretasi, diketahui bahwa perilaku
merupakan hasil dari suatu penyebab atau suatu “proximate cause”.
Ahli
perilaku yang pernah menerima hadiah nobel adalah Konrad Lorenz, Niko Tinbergen
dan Karl Von Frisch. Percobaan yang dilakukan Tinbergen dan Lorenz membuktikan
perilaku “innate” (bawaan) dan bentuk perilaku yang didapatkan karena melalui
suatu proses belajar yang sederhana.
Tinbergen
melakukan percobaan dengan menggunakan srang tawon yang ditempatkan di tengah
lingkaran bunga inus, kemudian lingkaran bunga pinus dipindahkan disamping
sarangnya. Ternyata tawon tersebut kembali ketengah lingkaran, tidak ke sarang.
Demikian pula setelah lingkaran bunga pinus diganti dngan lingkaran batu tanpa
sarang, dan disebelahnya dibentuk segitiga dari bunga pinus dengan sarang di
tengahnya. Hasilnya menunjukkan bahwa tawon kembali ke lingkaran batu, bukan ke
sarang di tengah segitiga bunga pinus. Hasil tersebut menyatakan bahwa tawon
dapat menggunakan suatu bentuk di tanah dan terus menjaga lingkaran tersebut
dengan belajar untuk mangenal sesuatu.
Dengan
memahami penyebab perilaku, kita dapat lebih mengerti peran ekologi dan
bagaimana hewan menghadapi seleksi alam serta bagaimana perilaku dapat
meningkatkan kebugarannya (fitness), bidang ini juga dikeal dengan istilah
Ekologi Perilaku.
Perilaku
Sebagai Akibat dari Pengaruh Genetis dan
Faktor
Lingkungan
Bagaimana
seseorang dapat bermain piano dengan baik? Hal ini dapat saja terjadi kareena
baiknnya koordinasi jari dan kemampuan memainkan instrument tersebut. Tetapi
pertanyaan yang kemudian muncul adalah kemapuan tersebut diturunkan atau cukup
dipelajari dan dilatih?
Seringkali
suatu perilaku hewan terjadi kareena pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir
atau “innate behavior”), dank arena akbat proses belajar atau penglaman yang
dapat disebabkan oleh lingkungan. Pada perkembangan ekologi perilaku terjadi
perdebatan antara pendapat yang menyatakan bahwa perilaku yang terdapat pada
suatu organisme merupakan pengaruh alami atau karena akibat hasil asuhan atau
pemeliharaan, hal ini merupakan perdebatan yang terus berlangsung. Dari
berbagai hasil kajian, diketahui baha terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh
keduanya, yaitu genetis dan lingkungan (proses belajar), sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat.
Innate
Merupakan
perilaku atau suatu potensi terjadinya perilaku yang telah ada di dalam suatu
individu. Perilakua yang timbul karena bawaan lahir berkembang secara tepat
atau pasti. Perilaku ini tidak perlu adanya pengalaman atau memerlukan proses
belajar dan sering kali terjadi pada saat baru lahir dan perilaku ini bersifat
genetis (diturunkan).
Insting
Insting
adalah perilaku “innate” klasik yang sulit dijelaskan, walaupun demikian,
terdapat beberapa perilaku insting yang merupakan hasil pengalaman, belajar dan
adapula yang merupakan factor keturunan. Semua makhluk hidup memiliki beberapa
insting dasar.
Pola
Aksi Tetap (FAPs= Fixed Action Paterns)
FAP
adalah suatu perilaku stereotipik yang disebabkan adanya stimulus yang
spesifik. Contohnya saat anak burung baru menetas akan selalu membuka mulutnya,
kemudian induknya akan menaruh makanan didalam mulut anak burung tersebut.
Contoh lainnya adalah anak bebek yang baru menetas akan masuk kedalam air.
Perilaku ini ttelah “diprogramkan sebelumnya”, dengan kata lain, tidak
diperlukan proses belajar. Induk burung tidak perlu belajar memberikan makanan
kepada anaknya yang beru menetas, ana bebek tidak perlu belajar berenang.
Contoh lainnya seperti riyual perkawinan, mempertontonkan keindahan (kejantanan)
untuk menguasai suatu area (teritori). Dan anda dapat memikirkan perlakuan lain
yang merupakan FAP.
Perilaku
Akibat Proses Belajar
Proses
belajar seringkali diidentifikasi sebagai suatu upaya untuk mendapatkan
informasi dari adanya interaksi, atau perilaku yang memang telah ada pada
organism (hewan) dan cenderung memberikan pengertian dari suatu upaya
coba-coba. Kita ketahui bahwa perilaku di pengaruhi factor genetik, sehingga
organism (hewan) dapat memiliki hubungan dengan individu lain, dan juga dapat
berhubungan dengan lingkungan. Sebagai contoh, kelulus hidupan dari suatu
spesies karena mampu berkembang biak, tetapi dalam proses tersebut terlibat
pula seleksi alamiah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan organisme
(hewan) tersebut.
Kisaran
Belajar dari yang Sederhana Hingga Kompleks
Belajar
adalah suatu perubahan dalam perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman.
Table 5.1 dibawah ini menunjukkan berbagai bentuk dari belajar yang
menghasilkan jenis-jenis perilaku.
Tipe
Belajar
|
Karakteristik
|
Habituasi
|
Hilang atau timbulnya respons
kepada stimulus setelah pengulangan suatu perlakuan
|
Imprinting
|
Pada kehidupan hewan, belajar yang
tidak dapat diulang dan terbatas pada suatu periode keritis tertentu, sering
kali dihasilkan dengan adanya hubungan kuat antara induk dan keturunannya
|
Asosiasi
|
Perubahan perilaku yang
diakibatkan dari suatu hubungan antara satu perilaku dengan system hukuman
dan hadiah; dalam hal ini termasuk kondisi klasik dan belajar dengan
mencoba-coba (trial and error)
|
Imitasi
|
Perilaku yang diakibatkan karena
adanya proses pengamatan dan meniru individu lain
|
Inovasi
|
Perilaku yang timbul dan
berkembang karena terjadi respons terhadap suatu keadaan yang baru, tanpa
mencoba-coba atau imitasi; dikatakan juga sebagai problem solving
|
Habituasi
(habituation)
Habitasi
adalah suatu bentuk belajar yang paling sederhana, akan terjadi jika stimulus
yang tidak berbahaya didapat oleh organisme (hewan) secra berulang-ulang,
setelah terjadi stimulus tersebut maka organisme (hewan) akan mengabaikannya.
Habitusi akan dihasilkan setelah organisme (hewan) belajar, sehingga akan
kehilangan respons bila stimulus dilakukan berulang-ulang dan tidak membahayakan
dirinya.
Contoh
perilaku ini misalnya anda menyentuh atau memukul secara perlahan seekor anjing
pada bagian belakangnya (ekor), maka ia akan menoleh ke belakang, bila anda
memukul dengan berulang kali, maka anjing tersebut tidak akan menghiraukannya
atau tidak akan menoleh. Akakn tetapi hal menarik akan terjadi bila anda
memukul perlahan dibagian lain, atau anda memukl perlahan setelah beberapa
hari, anjing akan memberikan respons kembali. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa respons dasar pada prinsipnnya tidak hilang, tetapi untuk sementara waktu
termodifikasi karena belajar.
Imprinting
Adalah
suatu pengenalan terhadap satu objek seperti induk, hal tersebut terjadi pada
suatu periode kritis sesaat setelah lahir. Contohnya sekelompok angsa yang baru
lahir anda beri makan atau angsa-angsa tersebut melihat suatu objek yang
memberinya makan, maka anak-anak angsa tersebut akan menganggap anda atau objek
tersebut sebagai induknya dan akan terus mengikuti anda atau objek. Walaupun
anak-anak angsa tersebut melihat induknya yang benar, mereka akan
mengabaikannya dan terus menganggap bahwa objek atau anda adalah induknya.
Conto tersebut adalah hasil percobaan Konrad Lorenz yang mendapatkan hadiah
Nobel karena kajian tersebut.
Perilaku
imprinting dan FAP akan terjadi pada makhluk hidup walaupun stimulus yang
diterimanya bukanlah yang alamiah. Misalnya induk burung akan memberi makan
pada boneka anak burung yang membuka mulut pada sarangnya. Anak-anak angsa akan
mengikuti boneka angsa dewasa yang diberi makan di belakangnya.
Asosiasi
atau Pengkondisian (Associative Learning)
Definisi
asosiasi atau pengkondisian adalah perilaku yang disebabkan oleh suatu hasil
dari suatu respons terhadap kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi tersebut
diketahui atau tidak. Kondisi penyebab prilaku tersebut dikatakan pula sebagai
stimulus. Respons adalah sesuatu yang di produksi atau dihasilkan karena adanya
stimulus. Perilaku ini dapat dibagi menjadi:
A.
Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) atau Perilaku Asosiatif.
Contoh
yang paling banyak digunakan adalah hasil percobaan Ivan Pavlov (ahli fisiologi
perilaku dari Rusia) yang menggunakan bel untuk anjing. Bila bel berbunyi,
anjing tersebut diberi makan, sebelum menyantap makanannya, anjing tersebut
mengeluarkan saliva. Beberapa saat setelah itu, walaupun tidak ada makanan,
sesaat setelah mendengar bunyi bel yang sama, anjing tersebut tetap
mengeluarkan salivanya.
B.
Pengkondisian Operant (Operant Conditioning)
Perilaku
ini lebih merupakn hasil kondisi yang disebut mencoba-coba atau “trial and
error”. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus
positif, maka induvidu tersebut akan semakin mudah mengulang keberhasilan
respon yang dilakukan. Perilaku ini termasuk dalam melatih seekor hewan. Dapat
juga terjadi pada seekor hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan
energinya untuk mendaptkan makanan. Perilaku ini sering kali dijumpai pula pada
hewan yang tidak akan mengulangi perbuatannya karena ternyata perbuuatan
tersebut dapat membahayakan dirinya.
Imitasi
Berbagai
jenis hewan dapat melakukan perilaku sebagai akibat dari pengamatan dan meniru
hewan lainnya. Perilaku tipe ini banyak dipelajari pada burung, akan tetapi
perilaku imitasi terbatas oleh suatu periode kritis tertentu. Banyak hewan
predator, termasuk kucing, anjing dan serigala kelihatannya belajar dasar
taktik berburu dengan mengamati dan menirukan induknya. Pada beberapa kasus,
factor genetis dan mencoba-coba dalam tipe belajar ini memegang peran penting.
Inovasi
atau “Problem Solving” atau “Insight Learning”
Inovasi
atau disebut juga “reasoning” adalah suatu kemampuan untuk merespons sesuatu
terhadap keadaan baru dan dilakukan dengan tepat. Perilaku tipe ini terjadi
pada proses belajar dan merupakan perilaku yang memiliki kualitas tinggi pada
organisme (hewan). Perilaku ini berhubungan dengan kemampuan organisme (hewan)
untuk melakukan pendekatan terhadap suatu situasi yang baru dan dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi. Intinya, setiap organisme (hewan dan juga
manusia) dapat memiliki perilaku tertentu atau bertindak untuk melakukan
sesuatu dengan alasan tertentu atau berfikir. Subjek dari inovasi adalah
penyelesaian masalah, sehingga tipe perilaku ini sering pula diberi istilah
“problem solving”.
Perilaku
Merupakan Refleksi Evolusi
Dari
penjelasan sebelum ini, dapat dikatakan bahwa perilaku adalah suatu adaptasi
evolusi yang menyebabkan terjadinya suatu peningkatan kelulus hidupan dan
kesuksesan reproduksi serta kebugaran. Walau demikian, perilaku juga merupakan
suatu hasil pengaturan dari hewan terhadap lingkungan dengan cara seleksi alam.
Pada bagian berikut, kita akan membahas peran ekologi dari suatu perilaku hewan
sehingga dapat hidup sukses di lingkungan.
Ritme
Biologi
Banyak
jenis hewan mamalia seperti kelelawar, harimau dan bangsa kucing kurang aktif
pada siang hari dan makan saat matahari tenggelam atau aktif malam hari. Akan
tetapi, banyak jenis burung tidur pada malam hari dan banyak melakukan
aktivitas pada siang hari. Pola hidup yang berulang-ulang setiap hari, seperti
siklus tidur atau bangun pada makhluk hidup disebut Ritme Sikardian (Cycardian
Rythms). Pada tanaman dan juga makhluk hidup lainnya, ritme biologi dikatakan
juga dengan istilah Jam Biologi. Penyebab eksternal, khususnya siklus cahaya
dapat mengatur waktu, membuat tubuh memiliki koordinasi ritme dengan ketat.
Selain factor lamanya organisme didedahkan pada periode terang gelap tertentu,
temperature juga berperan dalam ritme biologi.
Kepentingan
mempelajari ritme biologi, waktu dan petunjuk serta faktor yang menyebabkannya
sudah banyak dilakukan peneliti karena erat kaitannya dengan waktu kerja
efisien, serta kemampuan dalam berfikir serta dalam membuat keputusan. Para
pekerja malam, atau mereka yang melakukan perjalanan dengan pesawat terbang
dari satu benua kebenua lain yang melintasi beberapa zona waktu yang berbeda,
dapat menyebabkan keletihan, hingga mengurangi kemampuan bekerja, bahlan dapat
menyebabkan depresi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya gangguan pada ritme
biologi internal.
Mekanisme
Bergerak
Hewan
dan tumbuhan atau organ dari suatu organisme tersebut memiliki cara khusus saat
melakukan pergerakan. Telah dikehaui bahwa terjadinya pergerakan khusus karena
adanya aksi atau stimulus sehingga suatu organisme bergerak, yaitu:
-
Kinetis
Kinetis
adalah suatu perubahan acak (random) dalam kecepatan dan atau arah dari suatu
organisme sebagai respons terhadap stimulus. Misalnya adanya pergerakan karena
terjadinya kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Seperti beberapa kumbang yang
sangat aktif di daerah kering dan kurang aktif di daerah lembab.
-
Taksis
Taksis
sangat spesifik, berhubungan langsung sebagai akibat adanya suatu stimulus.
Pergerakan organisme (keseluruhan) dapat kea rah stimulus maupun menjauhi
stimulus. Misalnya larva lalat rumah akan bergerak menjauhi arah cahaya
(fototaksis negative), perilaku ini kemungkinan terjadi karena larva tersebut
dapat berlindung dari musuh alaminya. Banyak tumbuhan melakukan pergerakan ini
karena adanya stimulus cahaya (foto), arus (rheo), angin, gravitasi, air dan lain-lain.
-
Kelompok (Group)
Pergerakan
secara berkelompok yang terjadi pada banyak hewan dikenal dengan istilah
migrasi. Hal ini, biasanya dipengaruhi oleh adanya perubahan cuaca atau musim,
dan lebih khusus lagi perilaku ini berpengaruh untuk mendapatkan sumber
makanan, daerah atau tempat untuk kawin, dan lain-lain.
Migrasi
banyak terjadi pada berbagai jenis burung, serangga, seperti beberapa jenis
kupu-kupu, berbagai jenis ikan dan mamalia lain. Pada dasarnya hewan melakukan
migrasi karena telah mengenali daerah perjalanan mereka, dan hal ini dilakukan
dengan adnya “piloting”, orientasi dan navigasi. Hewan dapat melakukan migrasi
dengan adanya pengenalan suatu cara di atas atau kombinasi dari ketiganya.
Komunikasi
Komunikasi
pada umumnya terjadi diantara sesama spesies, misalnya untuk mengenali pasangan
kawin. Pada hewan-hewan social komunikasi dilakukan sebagai salah satu cara
untuk mengetahui koloninya. Komunikasi dapat pula terjadi untuk menghndari
bahaya.
Komunikasi
dapat terjadi melalui perantara senyawa kimia menggunakan Feromon, yaitu
senyawa kimia yang disekresikan keluar tubuh organisme dan dapat dikenali
(melalui bau, dimakan, dan lain-lain) oleh sesama spesies dan akan berguna
untuk berbagai kehidupannya, misalnya untuk kawin, tempat berkumpul (agregasi),
menemukan makanan, mengenali koloni, adanya bahaya, dan lain-lain.
Selian
itu, komunikasi juga terjadi secara visual, hal ini banyak terjadi pada saat
sesama spesies mengenali pasangan kawinnya atau saat mempertahankan daerah
teritori. Komunikasi dengan suara (auditory communication) sangat banyak
dilakukan oleh hewan, misalnya untuk mengetahui derah teritori, untuk mengenali
sesame spesies dan digunakan untuk mengetahui sumber makanan dan untuk
melakukan perkawinan, hingga untuk menginformasikan adanya bahaya. Sebagai
contoh yang telah banyak ditelaah adalah adanya suatu hipotesis tarian lebah
sebagai alat komunikasi untuk mengetahui sumber makanan.
Perilaku
Sosial (Sicial Behavior)
Secara
umum didefinisikan bahwa perilaku sosial adalah segala macam dari interaksi
diantara sesame spesies yang melibatkan antara dua atau lebih individu
organisme (umumnya hewan). Hal ini didasari adanya perilaku individu yang
dilakukan karena perilaku individu itu sendiri dan perilaku dari kelompok
(grup). Perilaku sosial dapat pula terjadi karena interaksi anggota dari
berlainan spesies. Adanya perilaku sosial sebagai akibat dari kompetisi sering
terjadi dalam dunia hewan, misalnya untuk memperebutkan sumber makanan, dan
lain-lain.
Agonistik
Perilaku
agonistik adalah perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat
lulus hidup (survival). Perilaku agonistik ini pada umumnya merupakan ritual,
memperlihatkan kekuatan, dan keindahan (dapat berupa suara, tubuh dan
lain-lain). Sering kali terjadi pula perkelahian yang tidak mematikan, walaupun
pada beberapa spesies perkelahian dapat terjadi hingga terjadi kematian.
Perilaku
agonistik terjadi pula untuk menarik pasangan kawinnya, banyak jenis burung
jantan melakukan hal tersebut dengan mengeluarkan suara yang indah dan khusus,
adapula yang melakuakan tarian dan mempertontonkan keindahan tubuhnya untuk
menarik pasangannya.
Banyak
hewan sosial yang melakukan kelangsungan hidupnya dengan memelihara adanya
perilaku agonistik. Misalnya berbagai jenis ayam, apabila beberapa anak ayam
yang tidak saling mengenali ditempati bersama, mereka akan melakukan respons
dengan melakukan perkelahian kecil dengan saling mematuk. Hal ini dilakukan
untuk menghindari terjadinya konflik, pada akhirnya akan akan terjadi suatu
hirarkki (dominasi hirarki), misalnya yang lebih tua akan mengontrol yang
lainnya.
Teritori
Perilaku
untuk mempertahankan daerah edar atau tteritori merupakan suatu usaha organisme
(hewan) untuk mempertahankan adanya tempat sumber makanan, tempat untuk
aktifitas reproduksi dan kesuksesan dalam memelihara anak atau keturunannya.
Perilaku tersebut biasanya dipertahankan melalui berbagai cara komunikasi dan
perilaku lainnya. Walaupun tidak semua spesies hewan memilki teritori tertentu,
dan tidak selalu seleksi alam dapat memberikan adanya daerah teritori yang
tepat bagi suatu jenis hewan.
Altruistik
Perilaku
altruistik atau altruisme kelihatannya merupakan perilaku yang sering dikatakan
sebagai “perilaku non egois”, perilaku ini banyak dilakuakan oleh hewan-hewan
yang berkoloni. Individu yang melakuakan perilaku ini tidak mendapatkan
keuntungan, bahkan dapat mematikan dirinya, akan tetapi perilaku ini akan
memberikan keuntungan bagi kelompoknya atau koloninya, sehingga terjadi
peningkatan kebugaran dari koloni terssebut.