RSS

BIOREMEDIASI SEDIMEN TAMBAK UDANG

Kegiatan budidaya adalah intervensi dalam proses pemeliharaan untuk meningkatkan produksi, seperti penebaran yang teratur, pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator) pencegahan terhadap serangan penyakit dan sebagainya (Pusat Riset Perikanan Budidaya, 2001 dalam Irianto,2007). Kegiatan budidaya dapat dilaksanakan di lingkungan air payau, air tawar dan air laut. Tambak merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir. Tambak lebih dominan digunakan untuk kegiatan budidaya udang windu (Penaeus monodon) merupakan produk perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi berorientasi eksport (Irianto, 2007).
Kondisi internal tambak dapat diperhatikan dari kondisi fisik dan kimia sedimen, serta kondisi lingkungan tambak udang. Tambak. Kondisi fisik berupa tekstur sedimen dan kandungan kimia dalam tanah. Kondisi lingkungan tambak udang harus memenuhi ketentuan :
• Air tambak harus berkadar garam 5 - 25 ppt
• Temperatur min 28°C, maks 32°C, bila lebih rendah atau tinggi tidak mau makan
• Udang butuh oksigen min hidup 3,5 ppm, terbaik untuk pertumbuhan min 4 ppm pada pagi hari
• Air tidak boleh jernih atau berbuih, tumbuhkan plankton sebagai bioindikator air media
(Adiwijaya, 2004)
Pencemaran pada tambak dapat terjadi karena akumulasi bahan organik dan residu antibiotik dan pestisida. Pada tambak sering terjadi akumulasi material organik yang akan mengalami transformasi menjadi amonia. Adanya amonia yang terdapat di tambak akan sangat mengganggu kehidupan udang atau komoditas yang dibudidayakan. Reaksi antara oksidasi amonia menjadi nitrat dalam nitrifikasi adalah terbentuknya nitrit. Adanya nitrit yang tinggi juga mengganggu kehidupan udang maupun mikroorganisme lainnya. Penggunaan antibiotika dan pestisida cenderung tidak baik dan hanya berefek jangka pendek. Penggunaan kedua bahan ini akan meninggalkan residu yang akan terendapkan di sedimen pada tambak. Residu antibiotik akan tetap berada pada produk hewan hingga jangka waktu tertentu dan menyebabkan tekanan selektif pada mikroorganisma, memacu munculnya resistensi pada beragam bakteri dan memungkinkan transfer gen-gen resisten ke bakteri lainnya. Pada sedimen, residu dapat merubah komposisi kimai tanah, akan terjadi perubahan sifat organik dan organik dari sedimen.
Sedimen merupakan bagian terpenting dalam usaha budidaya udang. Keadaan sedimen akan mempengaruhi kualitas air tambak. Pada akhirnya kesehatan udang akan menurun. Kualitas sedimen pada tambak ini menjadi semakin berkurang ketika terdapat kasus penggunaan antibiotik dan pestisida yang berlebihan. Penggunaan kedua bahan kimia ini akan sangat berefek pada sedimen karena sifat kimianya yang tidak dapat didegradasi secara mudah. Ini akan menghasilkan residu bahan kimia yang mengakibatkan siklus kimia normal sedimen dan air pada tambak menjadi terganggu.
Residu ini akan mengakibatkan tingginya kandungan bahan nitrogen anorganik, senyawa organik karbon dan sulfida baik yang berasal dari sisa pakan, kotoran udang atau pemupukan dalam jangka panjang. Hal tersebut pada akhirnya berdampak langsung terhadap kandungan senyawa amonia, nitrit, nitrat, H2S, dan senyawa karbon yang bersifat toksik pada sistem tambak udang. Keseimbangan ekologis mikroorganisme di dalam tambak sudah tidak normal lagi,
Bioremediasi merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang sudah tercemar kembali pada kondisi awal dengan menggunakan agensia biologi. Dalam usaha melakukan remediasi pada lingkungan tambak, perlu dilakukan analisa menyeluruh akan kandungan berbagai bahan organik dan anorganik yang terdapat pada lingkungan tambak (Subagyo, 2008). Analisa ini diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya terhadap lingkungan tambak tersebut, termasuk dalam penggunaan mikroorgansime yang mungkin akan digunakan. Analisa ini meliputi kegiatan survey pendahuluan terhadap sedimen. Langkah selanjutnya adalah dengan menentukan jenis mikroorganisme yang bisa digunakan dalam melakukan remediasi terhadap sedimen.fungi, tanaman hijau atau enzim. Salah satu yang sering digunakan adalah bakteri.
Sistem kerja dalam penggunaan bakteri dalam usaha budidaya udang dalam tambak adalah dengan penggunaan konsorsia bakteri remediasi. Konsorsia ini terdiri dari berbagai jenis bakteri yang telah ditemukan yaitu bakteri heterotrofik, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi, serta bakteri fotosintetik anoksigenik. Rasio bakteri yang digunakan adalah Bakteri nitrifikasi : bakteri denitrifikasi : bakteri fotosintetik anoksigenik : bakteri heterotrofik (bakteri fermentatif - DA) = 2 : 1 : 1 : 2.
Berdasarkan hasil analisa kualitas air tambak menunjukan bakteri bioremediasi mampu beradaptasi dan dapat bekerja dengan baik menjaga kondisi kualitas air tambak agar berada di bawah batas ambang dan mampu menguraikan senyawa toksik (Rusmana dan Widianto, 2006).

KESIMPULAN
1. Bioremediasi merupakan sistem pengembalian kondisi lingkungan yang sudah tercemar kembali pada kondisi awal dengen menggunakan agensia biologi.
2. Kerusakan sedimen pada tembak udang pada dasarnya disebabkan penggunaan bahan kimia yang berlebihan sehingga menghasilkan residu bahan kimia yang mengakibatkan siklus kimia normal sedimen dan air pada tambak menjadi terganggu.
3. Penggunaan sistem pengolahan dengan menggunakan bioremediasi dibutuhkan keahlian khusus sehingga diperlukan suatu sistem teknologi sederhana untuk aplikasi kepada masyarakat nelayan secara luas.
4. Aplikasi bioremediasi pada tambak udang harus diikuti dengan manajemen usaha tambak karena suatu tambak juga dipengaruhi lingkungan luar tambak.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya, Darmawan.2007.Kunci Sukses Budidaya Udang Sistem Tertutup Secara Berkelanjutan.http://ikanmania.wordpress.com/
Irianto, Agus Prof.Drs., M.Sc., Ph.D. 2007. Potensi Mikroorganisma : Di Atas Langit Ada Langit. http: //www.unsoed.ac.id/
Rusmana, Iman dan Tri Widiyanto 2006 Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Nitrat Disimilatif Dan Nitrifikasi Sebagai Agens Bioremediasi Untuk Mengontrol Kadar Amonia Dan Nitrit Di Tambak Udang PT. Garam Kabupaten Sumenep Pasca Panen dan Keterkaitannya dengan Faktor Lingkungan Okid Parama Astirin. http://jurnal.aquaculture-mai.org/vol5no2.pdf.
Subagyo, IR. MSc. 2008. Bioremediasi pada Aquakultur. Bahan Mata Kuliah Bioremediasi Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Semarang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

mari... mengatakan...

heheheh tak koment pakkkk.... BIOREMIDIASI beressssss insya allah

Posting Komentar