Metode Cooperative Learning adalah metode
pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Metode pembelajaran kooperatif
adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap
atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama, struktur bekerja
sama yang teratur dalam kelompok
yang terdiri atas dua orang atau lebih.
Salah satu tipe dari metode cooperative learning yang dapat memotivasi
siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni problem
posing atau pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk
pertanyaan. Permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian
diupayakan untuk dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama dengan pihak
lain, misalnya sesama siswa maupun dengan pengajar sendiri.
Metode cooperative learning tipe problem posing
diharapkan dapat memacu siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan
diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya untuk mencari hubungan-hubungan
dalam informasi yang dipelajarinya. Semakin luas informasi yang dimiliki akan
semakin mudah pula menemukan hubungan-hubungan tersebut. Pada akhirnya,
penemuan pertanyaan serta jawaban yang dihasilkan terhadapnya dapat menyebabkan
perubahan dan ketergantungan pada penguatan luar pada rasa puas akibat
keberhasilan menemukan sendiri, baik berupa pertanyaan atau masalah maupun
jawaban atas permasalahan yang diajukan. Belajar menemukan dan memecahkan
masalah berkonsekuensi pada adanya eksplorasi terhadap sejumlah alternatif yang
akhirnya menciptakan dorongan berfikir hingga diperolehnya pengetahuan.
Menurut J.
Riberu dalam Ad Rooijokker dalam problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan
adalah dari bermacam-macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan
masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini adalah
sebagai berikut :
a. Penyadaran masalah
Pada
awal pengajaran berusaha agar siswa sadar adanya
suatu
masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan : 1) Mengemukakan
beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2)
Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat siswa.
b. Analisa masalah
Kalau
siswa sudah sadar akan adanya masalah
maka siswa dapat diajak untuk menelaah
masalah itu lebih lanjut,
yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah,
latar belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.
c. Perumusan masalah
Sesudah masalah dianalisa
umumnya peserta
didik mulai mendapat gambaran
yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu tentang suatu masalah.
Oleh sebab itu, peserta didik lebih mampu merumuskan dengan singkat dan padat masalah
sebenarnya.
d. Pemecahan masalah
Sesudah masalah dianalisa
dan dirumuskan mulailah
siswa dirangsang untuk mencari pemecahan
yang sebaik-baiknya. Tiap pemecahan
ini berlangsung akan muncul cara yang paling
tepat kekuatan, kelemahan, dan kemungkinan
penyelesaiannya.
e. Perumusan pemecahan masalah
Sesudah alternatif pemecahan
masalah dipilih, peserta didik dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan demikian penerapan
model pembelajaran problem posing di SMA sebagai
berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi,
2) guru meminta
siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa
yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, 3) guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan, tugas ini dapat
dilakukan secara
kelompok, 4) guru memberikan tugas rumah secara ind ividual.
Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam metode
cooperative learning tipe problem posing dengan memilih salah satu cara sebagai berikut : 1) siswa
membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru ( presolution posing),
2) siswa memecah pertanyaan
tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan
guru (within solution
posing ), 3) siswa embuat soal sejenis, seperti yang dibuat oleh
guru (post solution posing).
Hilda Karlin dan Margaretha, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi II, (Bandung : Bina Media Informasi,
2002), hlm.28