RSS

METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PROBLEM POSING


Metode Cooperative Learning adalah metode pembelajaran  yang  berfokus  pada  penggunaan  kelompok  kecil  siswa untuk   bekerja   sama   dalam   memaksimalkan   kondisi   belajar   untuk mencapai tujuan belajar.[1] Metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau  membantu di antara sesama, struktur bekerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih.[2]
Salah satu tipe dari metode cooperative learning yang dapat memotivasi siswa untuk berfikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif yakni problem posing atau pengajuan masalah-masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan. Permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian diupayakan untuk dicari jawabannya baik secara individu maupun bersama dengan pihak lain, misalnya sesama siswa maupun dengan pengajar sendiri.
Metode cooperative learning tipe problem posing diharapkan dapat memacu siswa untuk menemukan pengetahuan yang bukan diakibatkan dari ketidaksengajaan melainkan melalui upaya untuk mencari hubungan-hubungan dalam informasi yang dipelajarinya. Semakin luas informasi yang dimiliki akan semakin mudah pula menemukan hubungan-hubungan tersebut. Pada akhirnya, penemuan pertanyaan serta jawaban yang dihasilkan terhadapnya dapat menyebabkan perubahan dan ketergantungan pada penguatan luar pada rasa puas akibat keberhasilan menemukan sendiri, baik berupa pertanyaan atau masalah maupun jawaban atas permasalahan yang diajukan. Belajar menemukan dan memecahkan masalah berkonsekuensi pada adanya eksplorasi terhadap sejumlah alternatif yang akhirnya menciptakan dorongan berfikir hingga diperolehnya pengetahuan.[3]
Menurut J.  Riberu dalam Ad Rooijokker dalam problem  posing  ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari bermacam-macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan.  Garis besar cara pendekatan ini adalah sebagai berikut :
a.    Penyadaran masalah
Pada awal pengajaran berusaha agar siswa sadar adanya suatu  masalah.  Hal ini ditempuh dengan jalan : 1) Mengemukakan beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2) Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat siswa.
b.    Analisa masalah
Kalau  siswa sudah sadar akan adanya masalah maka siswa dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut, yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.
c.       Perumusan masalah
Sesudah  masalah  dianalisa  umumnya  peserta  didik  mulai mendapat  gambaran  yang  lebih  menyeluruh  dan  lebih  terpadu tentang suatu masalah.  Oleh sebab itu, peserta  didik lebih mampu merumuskan dengan singkat dan padat masalah sebenarnya.
 d.      Pemecahan masalah
Sesudah  masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah siswa  dirangsang  untuk  mencari  pemecahan  yang  sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang paling tepat kekuatan, kelemahan, dan kemungkinan penyelesaiannya.
e.       Perumusan pemecahan masalah
Sesudah  alternatif  pemecahan  masalah  dipilih,  peserta  didik dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan demikian penerapan model pembelajaran  problem posing di SMA sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi, 2)  guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, 3) guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan, tugas ini dapat dilakukan secara kelompok, 4) guru memberikan tugas rumah secara ind ividual.
Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam metode cooperative learning tipe problem posing dengan memilih salah satu cara sebagai berikut : 1) siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang  dibuat  oleh  guru  ( presolution  posing), 2) siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru (within solution posing ), 3) siswa embuat soal sejenis, seperti yang  dibuat oleh guru (post solution posing).[4]


[1] Nurhadi.,  Kurikulum 2004   (Pertanyaan   dan   Jawaban), (Jakarta : PT Grasindo, 2004), hlm.112
[2]Hilda Karlin dan Margaretha, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi II, (Bandung : Bina Media Informasi, 2002),  hlm.28
[3] B. Suryosubrto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009), hlm.203-204
[4]Anita Lie, Cooperative Learning : Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta : PT Raja Widia Sarana Indonesia, 2004), hlm 2

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar